Jumat, 05 Agustus 2011

UNSUR EKSTRINSIK

Unsur-unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra. Secara lebih khusus lagi ia dapat dikatakan sebagai unsur-unsur yang mempengaruhi bangun cerita sebuah karya sastra, tetapi tidak menjadi bagian di dalamnya.
Walaupun demikian, unsur ekstrinsik cukup berpengaruh terhadap totalitas bangun cerita yang dihasilkannya. Pemahaman unsur ekstrinsik suatu karya sastra, bagaimanapun, akan membantu dalam hal pemahaman makna karya itu mengingat bahwa karya sastra tak muncul dari situasi kekosongan budaya. Bentuk penyampaian moral dalam karya fiksi mungkin bersifat langsung atau tidak langsung. Akan tetapi, sebenarnya pemilahan itu hanya demi praktisnya saja sebab mungkin saja ada pesan yang bersifat agak langsung.
Dalam karya sastra mungkin sekali ditemukan adanya pesan yang betul-betul tersebunyi sehingga sulit untuk dirasakan. Nilai kebudayaan sebagai hasil budidaya dan berkembang di masyarakat sangat berpengaruh terhadap karya sastra yang dihasilkannya. Nilai-nilai inilah yang menjiwai karya sastra dan memberikan warna tersendiri bagi makna karya sastra yang dihasilkannya. Sebagai contoh, roman Grotta Azzura karya Sutan Takdir Alisyahbana yang menceritakan perilaku budaya orang yang mestinya dijajah.
Menurutnya dalam roman itu bahwa bangsa yang terjajah mestinya harus dapat mengambil hikmah dan belajar dari penjajahan itu sendiri. Setidaknya dengan kemauan keras untuk belajar dari kenyataan sejarah itu, akan mampu mewujudkan generasi yang lebih baik, lebih maju, sehingga pada gilirannya akan mampu tampil sebagai generasi yang lebih baik di masa yang akan datang. Sekalipun kesusastraan tidak eksplisit mencerminkan cita-cita keagamaan atau secara langsung membimbing pembaca untuk mengabdi kepada Tuhan, hal ini tidak berarti sastra tersebut sepi dari unsur-unsur keagamaan.
Dewasa terancam pada bidang martabat manusia. Yang pertama-tama diserang bukanlah agama itu sendiri, tetapi hak-hak asasi manusia dan nilai-nilai manusiawi dipermainkan. Padahal nilai-nilai manusiawi itu sebenarnya perilaku religius yang harus dimilik oleh setiap umat beragama. Jadi, karya sastra yang bernilai manusiawi dan mencerminkan perilaku religius selayaknya dapat dijadikan teladan dalam kehidupan sehari-hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar